Selasa, 02 Oktober 2012

ENERGI DAN SUBSIDI LISTRIK

Sendi kehidupan berjalan secara simultan. Segalanya berjalan dalam waktu sekejap, berlalu dengan begitu cepat melesat bagai anak panah lepas dari busurnya. Semua mahluk asik melakukan aktifitasnya masing-masing sesuai kodrat dan irodatnya sebagaimana ketentuan dari Sang Maha Pencipta, Allah Swt. Secara akal aktifitas tersebut terjadi disebabkan oleh adanya suatu kekuatan maha dahsyat yaitu energi.


Jika boleh saya berteori dan kalau tidak salah ingat pada waktu kita sekolah (anak sekolahan rupanya, he... he... he... !) ada yang namanya HUKUM KEKEKALAN ENERGI, dimana energi itu tetap, energi hanya akan berubah bentuk atau berubah wujudnya saja. Sebagai contoh energi matahari menyinari pohon berkolaborasi dengan energi air akan menghasilkan buah dan makanan yang kemudian dimakan oleh manusia sehingga menjadi energi kerja (tenaga, akal maupun pikiran). Sampai sampai manusia juga bisa mengkreasikan ENERGI PRIMER (orang biasa menyebut) menjadi energi sekunder lain yang cukup dikenal yaitu LISTRIK, energi yang fenomenal, mendunia dan Insya Allah akan dibutuhkan sepanjang masa.

Saat ini listrik merupakan komoditas primadona selain minyak, telekomunikasi maupun internet ataupun teknologi informasi lainnya. Hampir tidak ada aktifitas kehidupan berjalan tanpa menggunakan listrik. Sejak manusia bangun dari tidur, berangkat hingga tidur bahkan sampai bangun kembali tidak lepas dari penggunaan energi listrik, demikian juga Si Sakit untuk mendapatkan kesembuhannya memerlukan bantuan energi listrik, walau tentunya sembuh dan sehat datangnya dari Rahmat Tuhan. Begitu pentingnya listrik sehingga dunia modern saat ini menjadikan listrik sebagai kebutuhan PRIMER sebagaimana mewarisi marga nenek moyangnya yang disebut energi PRIMER. Jauh sebelum internet menguasai dunia maya dewasa ini, energi listrik sudah ratusan tahun telah lebih dulu menguasai dan merajai dunia maya di jagad raya ini, LISTRIK TIDAK BISA DI PEGANG DAN TIDAK BISA DILIHAT, TETAPI BISA DIRASAKAN.

Keindahan kehidupan dunia ini terjadi karena adanya energi (kalau seorang motivator mengenal adanya energi positif maupun energi negatif), demikian juga halnya rumah-rumah megah, mewah, sederhana juga menengah nampak semakin semarak, warna warni juga terlihat menjadi lebih indah karena kehadiran energi listrik ditengah tengah kita. Betapa beruntung dan perlunya bersyukur bagi orang-orang yang telah kebagian merasakan listrik, sementara berjuta-juta orang lainnya listrik masih merupakan barang langka dan untuk menikmatinya serasa bagaikan mimpi tiada bertepi. Sebagaimana halnya udara, listrik begitu dekat dengan denyut nadi kehidupan sehingga sepertinya tiada terasa lagi nikmatnya listrik. Jangankan untuk bersyukur, bahkan ketika listrik mati yang keluar adalah umpatan serta sumpah serapah (itu di negeri asing "Jerman", Jejer Kauman), kalo di negeri kita kayaknya sih tidak. Indonesia negeri yang adiluhung yang warganya menjunjung tinggi moral, adat-budaya ketimuran, mengedepankan toleransi, dan saling menghormati satu dengan yang lainnya.

Kita kembali ke rasa syukur atas segala limpahan rizki (energi) yang diberikan Tuhan. Saya yakin Negara/Pemerintah telah berupaya mensejahterakan penduduknya, sehingga sebagian warganya telah menikmati energi listrik dengan harga yang relatif murah. Negara telah mengeluarkan serta memberikan  subsidi yang banyak untuk kelangsungan penyediaan energi listrik di Tanah Air, tetapi kita masih melupakan saudara-saudara kita sesama warga bangsa, warga yang masih berada di alam mimpi, "Betapa enak dan murahnya menjadi penikmat energi listrik di Negeri Surga ini!" igaunya. Coba kita berempati pada mereka, entah sampai kapan penantiannya  untuk sekedar kebagian menikmati listrik. Mereka tidak muluk-muluk, setelah subsidi BBM lambat-laun dihemat oleh Negara/Pemerintah, disisi lain subsidi listrik mengalami peningkatan, mereka berharap keadilan, "Kapan rumah kami giliran berlistrik ?!"

Kita tidak perlu mengkambing-hitamkan siapapun, ataupun mengedepankan ego kita masing-masing, serta mengatakan  siapa yang benar atau siapa yang salah, karena hal itu tidak akan menyelesaikan masalah. Saat ini eranya keterbukaan, tuntutan transparansi hampir disemua bidang kehidupan, tidak ada tempat bagi Si Pecundang, ibarat barang pajangan setiap orang bukan hanya boleh melihat dan bahkan meminta lebih jauh "menelanjangi", laksana Mannequin dalam etalase toko. Saya yakin orang-orang (Manajemen) Perusahaan Listrik milik Pemerintah - PLN  sudah bekerja keras dan cerdas, berusaha menjalankan amanah dengan baik untuk memenuhi penyediaaan energi listrik maupun memberikan sumbangsihnya terhadap Ibu Pertiwi dan berharap mendapatkan keridaan dari Sang Maha Pencipta.

Kita mungkin perlu merenung sejenak, berkontemplasi, instrospeksi (sewaktu puasa mungkin kita sudah belajar melaksanakan iktikaf). Mulai dari diri kita sendiri, taruhlah dari rumah kita bisa mengurangi ataupun mematikan 50 watt sampai 100 watt  setiap harinya, jika itu bisa dilakukan 1000 rumah/pelanggan lain bahkan hingga 1.000.000 rumah/pelanggan. Berapa daya yang bisa dimanfaatkan untuk menambah pelanggan baru tanpa perlu berinvestasi atau membangun pembangkit baru ? Berapa biaya operasional maupun maintenance yang bisa dihemat ? Berapa pula biaya BBM (Subsidi Listrik) yang tidak perlu dikeluarkan (ekstrimnya dibakar) ? Disinilah timbul effect domino (Multiplier Effect) sehingga banyak keuntungan ataupun penghematan sumber daya. Sekecil apapun yang bisa bisa kita lakukan untuk mewujudkan keadilan agar subsidi listrik tepat sasaran dan memberikan kesempatan secara luas sehingga masyarakat yang belum berlistrik menjadi BERLISTRIK, MERDEKA dari KEGELAPAN dan KEBODOHAN, Amiin yaa Rabb Al alamiin.(whyn_m)

Tidak ada komentar: